Jika Fisika Bisa Mengukur Segalanya, Maka Tuhan Tidak Pernah Ada.

Fisika adalah ilmu pasti yang mengacu pada kemampuannya untuk menyediakan penjelasan yang dapat diuji, diukur, dan diverifikasi secara kuantitatif. Artinya, teori-teori dan prinsip-prinsip dalam fisika dapat diuji melalui percobaan dan pengamatan yang akurat, serta hasilnya dapat diukur dan dihitung dengan presisi. Hal ini memungkinkan fisika untuk memberikan penjelasan yang dapat dipercaya dan diverifikasi secara ilmiah. Fisika mampu mepelajari sifat-sifat alam semesta, termasuk materi, energi, gerak dan interaksi diantaranya.

Misalnya, dengan fisika, jarak matahari dengan bumi dapat diketahui tanpa perlu mengukur jaraknya secara langsung. Untuk mengetahui jarak antara matahari dan bumi, salah satunya adalah dengan menggunakan paralaks tahunan. Paralaks tahunan adalah pergeseran sudut yang terlihat pada bintang-bintang di langit karena pergerakan bumi mengelilingi matahari. Ketika bumi bergerak mengelilingi matahari, posisi kita di bumi berubah dan sudut pandang kita terhadap bintang-bintang di langit juga berubah. Bintang-bintang yang jaraknya dekat dengan Bumi akan terlihat bergerak sedikit dari posisi aslinya karena perubahan sudut pandang ini. Pergerakan ini disebut paralaks tahunan.


Tidak hanya jarak bumi ke matahari, fisika juga mampu menghitung luas alam semesta ini. Terdengar mustahil memang, tetapi begitulah ilmu pengetahuan.

Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang sampai kapanpun tidak akan pernah menyentuh kata sempurna, karena pada dasarnya semua ciptaan tuhan tidak ada yang sempurna. Sebuah kesempurnaan hanya dimiliki oleh Tuhan. Karena fisika adalah suatu produk dari hasil pemikiran manusia itu sendiri, maka fisika juga terbatas. Terdapat beberpa hal yang tidak dapat dijelaskan, seperti singularitas dan quantum.

Edwin Hubble, dengan teleskopnya, mengamati bahwa hamparan debu dilangit bukanlah nebula, melainkan sebuah galaksi. Edwin Hubble juga mengatakan bahwa setiap galaksi yang diamati bergerak menjauh dari bumi. Stephen Hawking kemudian membuktikan bahwa alam semesta dimulai dari peristiwa big bang, ini cukup masuk akal dengan pernyataan Edwin Hubble. Jika semua galaksi bergerak saling menjauh, maka apabila waktu diputar mundur akan ada sebuah titik dimana galaksi-galaksi ini berasal dari satu tempat, sehingga bisa dikatakan bahwa alam semesta ini melebar seperti balon yang terus ditiup.



Einsten dalam teori relavitasnya mengatakan bahwa materi, ruang dan waktu adalah sebuah satu-kesatuan yang tidak dapat dipisah. Lalu apa yang ada pada saat sebelum big bang? hanya sebuah titik yang sangat padat, titik tersebutlah yang dinamakan singularitras, atau sesuatu yang tidak dapat dijelaskan.

Selain pada skala yang luas, Tuhan dengan sifat maha penciptanya juga ada pada sesuatu yang lebih kecil dari atom, yaitu partikel subatomik atau partikel quantum penyusun atom. Kita tau bahwa atom tersusun atas inti atom berupa proton dan neutron, inti atom tersebut dikelilingi oleh elektron dengan orbitnya masing-masing. Posisi dari elektron inilah yang fisika tidak dapat menjelaskan secara pasti keberadaanya.


Mekanika kuantum memang ilmu yang mempelajari sifat-sifat dari partikel subatomik, namun mekanika kuantum tidak dapat menjelaskan secara pasti, hanya sebatas probabilitas. Menurut prinsip ketidakpastian Heisenberg, ada batasan intrinsik terhadap kemampuan kita untuk mengukur sifat-sifat partikel subatomik secara akurat dan secara bersamaan, seperti posisi dan momentum. Prinsip ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa ada batasan dalam menentukan secara presisi baik posisi maupun momentum partikel kuantum secara bersamaan. Semakin akurat pengukuran posisi, semakin tidak pasti pengukuran momentumnya, dan sebaliknya.

Kesimpulannya, sejenius apapun manusia tetaplah memiliki batasan pada akalnya,  dengan adanya batasan akal inilah yang membedakan Sang Pencipta dan ciptaannya.