Menembus Waktu: Aku Bisa Menuju Masa Depanmu, Tapi Tidak dengan Masa Lalumu



"Waktu itu ilusi" kata Einstein.

Pandangan Albert Einstein mengenai waktu merupakan salah satu revolusi terbesar dalam fisika dan pemahaman kita tentang alam semesta. Melalui teori relativitas khusus dan teori relativitas umum, Einstein mengubah cara kita melihat waktu dan ruang, menunjukkan bahwa keduanya adalah aspek yang saling terkait dari realitas kita.

Namun sebelum itu, di suatu sore yang tenang di tahun 1666, seorang pemuda bernama Isaac Newton duduk di bawah pohon apel di halaman rumahnya di Woolsthorpe Manor, Inggris. Sambil menikmati pemandangan sekitar, tiba-tiba sebuah apel jatuh dari pohon dan mendarat di sebelahnya. Momen sederhana ini, yang mungkin telah terjadi ribuan kali sebelumnya, memicu pikiran brilliant Newton untuk bertanya.

"Mengapa apel itu jatuh lurus ke bawah? Apa yang menariknya ke tanah?"

Isaac Newton, seorang jenius yang telah menekuni matematika dan ilmu pengetahuan, tidak puas dengan jawaban sederhana. Dia mulai merenungkan lebih dalam tentang gaya misterius yang membuat apel jatuh. Newton teringat pada karya-karya sebelumnya dari para ilmuwan seperti Copernicus, Kepler, dan Galileo, yang telah mengubah pemahaman tentang gerakan benda di angkasa.

Dengan dedikasi dan rasa ingin tahu yang tak terbatas, Newton mengembangkan konsep revolusioner tentang gravitasi. Setelah bertahun-tahun penelitian dan pemikiran mendalam, pada tahun 1687, Newton menerbitkan karya monumental berjudul "Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica" yang kemudian dikenal sebagai "Principia". Newton menjelaskan bahwa gaya gravitasi inilah yang menyebabkan apel jatuh ke tanah, bulan mengelilingi bumi, dan planet-planet berputar mengelilingi matahari. Dengan teori ini, Newton berhasil menyatukan gerakan benda-benda di bumi dan di langit dalam satu kerangka kerja matematis yang elegan.

Hukum gravitasi universal Newton menjelaskan bagaimana benda-benda di alam semesta saling menarik satu sama lain, dan rumusnya telah membantu ilmuwan memahami gerakan planet, bulan, dan komet dengan akurasi yang mengagumkan. Namun, ada beberapa anomali dalam pengamatan astronomi yang tidak bisa dijelaskan oleh teori Newton hingga fisika berada di puncak kejayaannya dengan teori gravitasi Newton yang telah bertahan selama lebih dari dua abad, kemudian lahirlah seorang jenius muda bernama Albert Einstein yang mulai masuk ke dalam alur cerita Newton.

Albert Einstein lahir pada tahun 1879 di Jerman dan menunjukkan bakat luar biasa dalam matematika dan fisika sejak usia dini. Pada tahun 1905, Einstein menerbitkan empat makalah yang mengubah wajah fisika, salah satunya memperkenalkan teori relativitas khusus. Pertama, waktu itu tidak bersifat absolut, melainkan relatif tergantung pada kecepatan pengamat, ketika dua pengamat yang bergerak dengan kecepatan yang berbeda akan mengukur waktu yang berlalu secara berbeda untuk peristiwa yang sama. Ini dikenal sebagai dilatasi waktu. Kedua, kecepatan cahaya dalam vakum adalah konstan dan tidak tergantung pada gerak sumber cahaya atau pengamat. Ini menyebabkan kesimpulan bahwa ruang dan waktu saling terkait dalam apa yang disebut sebagai ruang-waktu empat dimensi.

Logikanya ketika kita naik pesawat dan melihat seisi pesawat, kita merasa pesawat itu diam, padahal jika dilihat dari bumi pesawat itu terbang dengan cepat, kemudian kita melihat bumi ini diam karena kita berada di bumi, andaikan kita melihatnya dari luar angkasa, kita akan melihat bahwa bumi itu terus berputar. Titik dimana kita melihat ini disebut sebagai kerangka acuan yang konstan. Nah, jika kita perhatikan seluruh alam semesta ini seluruhnya bergerak, semuanya ini bersifat relatif terhadap kerangka acuannya masing-masing.

Dari sini muncul sebuah pertanyaan, jika semua kecepatan relatif mengikuti acuannya masing-masing, lalu waktu mengacu kemana?

Waktu mengacu pada cahaya. Seperti penjelasan diatas bahwa "Kerangka acuan harus konstan, selalu tetap".  Kita tahu bahwa cahaya memiliki kecepatan konstan sebesar 300.000 km/detik. Sehingga waktu itu juga relatif terhadap cahaya. Hal ini dapat dijelaskan dari dua prespektif, satu orang menaiki kereta bergerak dengan kecepatan suara dan satu orang lagi hanya diam ditempat. Saat petir menggelegar dari dua arah yang berbeda dengan jarak yang sama, bagi pengamat yang diam ditempat akan menerima cahaya tersebut secara bersamaan, akan tetapi bagi pengamat didalam kereta, salah satu cahaya petir itu akan datang lebih lambat dari cahaya petir lainnya.

Jadi, ketika pengamat bergerak dengan kecepatan cahaya dibandingkan dengan pengamat yang diam ditempat akan terjadi dilatasi waktu (pengukuran waktu yang berlalu secara berbeda dengan peristiwa yang sama). Sehingga waktu akan bergerak lebih lambat pada pengamat yang bergerak dengan kecepatan cahaya.

Dari teori inilah memungkinkan kita untuk pergi ke masa depan.

Lalu bagaimana dengan masa lalu? tentu saja tidak akan pernah bisa, karena pada dasarnya waktu itu terus berjalan maju dan tidak pernah mundur. Sehingga sampai kapanpun tidak akan ada teknologi yang dapat kembali ke masa lalu.

Andaikan saja, terdapat alat ajaib doraemon yang dapat membawa kita ke masa lalu. maka akan terjadi Butterfly Effect, sederhananya ketika kran air diputar seluruhnya, akan keluar ritme dan debit air tertentu, lalu kamu memutar kembali kran tersebut berbeda dengan sebelumnya, maka ritme dan debit air yang keluar akan berbeda dari sebelumnya. Hal inilah yang menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam kondisi awal suatu sistem dapat menghasilkan perbedaan besar dalam hasil akhirnya. Nama ini diambil dari sebuah gagasan populer yang menyatakan bahwa kepakan sayap kupu-kupu dapat memicu perubahan kecil yang, seiring waktu, dapat berkembang menjadi tornado di tempat yang jauh.

Kesimpulannya, secara teori aku bisa menuju masa depanmu dengan mempercepat pergerakanku secepat cahaya, kemudian kembali ke tempatmu berada yang telah melalui waktu lebih cepat dariku. Sayangnya, aku tidak akan bisa pernah kembali ke masa lalumu dimana aku ingin memutuskan untuk menuju ke masa depanmu.